Sabtu, 10 Oktober 2009

MACAPAT

Posted by Unknown on 23.50 2 komentar


Macapat adalah lagu/tembang tradisional klasik Jawa. Macapat juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali, Madura, dan Sunda. Apabila diperhatikan dari asal-usul bahasanya(kerata basa), macapat berarti maca papat-papat(membaca empat-empat).Cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga
di Jawa. Tetapi perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak ada
bukti tertulis yang bisa memastikan. Macapat banyak digunakan di dalam
beberapa Sastra Jawa Tengahan lan Sastra Jawa Baru. Kalau dibandingkan dengan Kakawin, aturan-aturan dalam macapat lebih mudah. Kitab-kitab jaman Mataram Baru, seperti Wedhatama, Wulangreh, Serat Wirid Hidayat Jati, Kalatidha, dan yang lainnya disusun dengan lagu ini. Aturan-aturan tersebut ada pada:


* Guru gatra : jumlah gatra/baris tiap bait.
* Guru wilangan : jumlah suku kata/wanda tiap gatra/baris.
* Guru lagu : jatuhan suara suku kata tiap gatra/baris.


Pada dasarnya, macapat ada beberapa macam, umumnya dibagi dalam tiga jenis yaitu:

Sekar Macapat/Sekar Alit
Macapat ini juga disebut tembang macapat asli, yang banyak dipakai
dalam berbagai jenis keperluan. Urutan tembang Jawa tersebut sama
dengan perjalanan hidup manusia dari mulai bayi sampai meninggal.Urutan
tersebut seperti tersebut di bawah ini: * Maskumambang


Menggambarkan bayi masih dalam kandungan ibunya, yang belum diketahui jenis kelaminnya, kumambang berarti mengambang dalam kandungan ibu.


* Mijil


Berarti sudah dilahirkan dan jelas laki-laki atau perempuan.


* Sinom


Berarti masa muda, yang paling penting untuk pemuda adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya.


* Kinanthi


Dari kata kanthi atau tuntun yang berarti dituntun supaya bisa menjalani kehidupan di dunia.


* Asmarandana


Berarti cinta, cinta laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya yang merupakan takdir Ilahi.


* Gambuh


Dari kata jumbuh / bersatu yang berarti apabila sudah bersatu dalam
cinta, perempuan dan laki-laki tersebut bisa menjalani hidup bersama.


* Dhandhanggula


Menggambarkan kehidupan manusia dalam kebahagiaan ketika berhasil
meraih cita-cita.Menemukan jodoh, melahirkan anak, kehidupan yang
sejahtera, dsb.


* Durma


Dari kata darma / sedekah. manusia jika sudah merasa hidup cukup,
dalam dirinya tumbuh rasa kasih sayang kepada sesamanya yang sedang
kesusahan, sehingga akan tumbuh keinginan untuk berbagi.Hal tersebut
didukung juga dari moralitas agama dan watak sosial manusia.


* Pangkur


dari kata mungkur yang berarti menyingkirkan hawa nafsu angkara
murka.Yang menjadi prioritas hidup adalah keinginan unutk berbagi dan
peduli dengan sesama.


* Megatruh


Dari kata megat roh/pegat rohe atau terpisahnya nyawa, ketika takdir kematian datang.


* Pocung


Ketika tinggal jasad tersisa, dibungkus dengan kain mori putih atau dipocong sebelum dikuburkan.

sumber:wikipedia.org

TAMBAHAN

Penamaan
Metrum Macapat

Dalam
beberapa teori sastra jawa terdapat nama-nama jenis tembang macapat,
kadang didapati bahwa jumlah metrumnya tidak sama. Perbedaan jumlah
itu berkaitan dengan dimasukannya beberapa tembang tengahan dan
tembang gede ke tembang macapat. Namun demikian nama metrum macapat
sesuai dengan jenis tembangnya terdiri dari, Pucung, Mijil, durma,
Kinanthi, Asmaradhana, Pangkur, Sinom, Gambuh, Balabak, Jurudemung,
Wirangrong dan Girisa. Penamaan kelimabelas metrum macapat di jabarkan
oleh Laginem melelui beberapa sumber baik itu secara etmologi serta
keterangan lainnya, kesemuanya dipaparkan berikut ini,

#



A). Pangkur berasal dari nama punggawa dalam
kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam
berbahasa jawa kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur diberiarti
buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur kadang-kadang diberi
sasmita atau isyarat tut pungkur berarti mengekor dan tut wuntat
berarti mengikuti.
#


B). Maskumambang berasal dari kata mas dan
kumambang. Mas dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara
Shaministis. Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan – um.
Kambang dari kata Ka- dan Ambang. Kambangselain berarti terapung,
juga berarti Kamwang atau kembang. Ambang ada kaitannya dengan
Ambangse yang berarti menembang atau mengidung. Dengan demikian,
Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara
Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai
sajian bunga. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diberi arti
Ulam Toya yang berari ikan air tawar, sehingga kadang-kadang di
isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.
#


C). Sinom ada hubungannya dengan kata Sinoman,
yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat.
Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan
upacara-upacara bagi anak-anak muada zaman dahulu. Dalam Serat
Purwaukara, Sinom diberi arti seskaring rambut yang berarti anak
rambut. Selain itu, Sinom juga diartikan daun muda sehingga
kadang-kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.
#


D). Asmaradana berasal dari kata Asmara dan
Dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata
Dahana yang berarti api. Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa
hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti
disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat
Purwaukara, Smarandana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka
memberi.
#


E). Dhangdhanggula diambil dari nama kata raja
Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu
Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti
ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.
#


F). Durma dari kata jawa klasik yang berarti
harimau. Sesuai dengan arti itu, tembangDurma berwatak atau biasa
diguanakan dalam suasana seram.
#


G). Mijil berarti keluar. Selain itu , Mijil
ada hubungannya dengan Wijil yang bersinonim dengan lawang atau
pintu. Kata Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang
bunganya berbau wangi. Bunga tumbuh-tumbuhan itu dalam bahasa
latin disebut heritiera littoralis.
#


H). Kinanthi berarti bergandengan, teman, nama
zat atau benda , nam bunga. Sesuai arti itu, tembang Kinanthi
berwatak atau biasa digunakan dalam suasana mesra dan senang.
#


I). Gambuh berarti ronggeng, tahu, terbiasa,
nama tetumbuhan. Berkenaan dengan hal itu, tembang Gambuh berwatak
atau biasa diguanakan dalam suasana tidak ragu-ragu.
#


J). Wirangrong berarti trenyuh ( sedih ),
nelangsa ( penuh derita ), kapirangu ( ragu-ragu ),. Namun dalam
teks sastra, Wirangrong digunakan dalam suasana berwibawa.
#


K). Jurudemung berasal dari kata juru yang
berarti tukang, penabuh, dan demung yang berarti nama sebuah
perlengkapan gamelan. Dengan demikian, Jurudemung dapat berarti
penabuh gamelan. Dalam Serat Purwaukara, Jurudemung diberi arti
lelinggir kang landep atau sanding (pisau) yang tajam.
#


L). Girisa berarti arik (tenang), wedi (takut),
giris (ngeri). Girisa yang berasal dari bahasa Sansekerta, Girica
adalah nama dewa Siwa yang bertahta di gunung atau dewa gunung,
sehingga disebut Hyang Girinata. Dalam Serat Purwaukara, Girisa
diberi arti boten sarwa wegah, bermakna tidak serba enggan,
sehingga mempunyai watak selalu ingat.
#


M). Pucung adalah nama biji kepayang, yang
dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat
Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan ( kuncup dedaunan
) yang biasanya tampak segar. Ucapan cung dalam Pucung cenderung
mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu, yang menimbulkan
kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Sehingga tembang Pucung
berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.
#


N). Megatruh berasal dari awalan am, pega dan
ruh. Pegat berarti putus, tamat, pisah, cerai. Dan ruh berarti
roh. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh diberi arti mbucal kan sarwa
ala ( membuang yang serba jelek ). Pegat ada hubungannya dengan
peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pamegat
yang berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli,
guru agama. Dengan demikian, Megatruh berarti petugs yang ahli
dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.
# O). Balabak, dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau
terbenam. Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka, Balabak
dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau. Apabila
terbang, pasukan burung Bangau tampak santai. Oleh karena itu
tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana
santai.


2 Responses so far:

poejix mengatakan...

terima kasih setelah membaca tulisan saya mendapatkan info yang saya cari

ümran mengatakan...

salt likit
salt likit
dr mood likit
big boss likit
dl likit
dark likit
SDB

Leave a Reply